X-Steel - Horizontal Resize

Pages

Senin, 29 Juli 2013

Apa Yang Membuat Isi Blog Menarik?

Apa sih yang membuat isi blog menarik?
Saya sudah ngeblog cukup lama, punya cukup banyak teman daring (dalam jaringan), dan cukup intensif berinteraksi dengan mereka. Melakukan anjangsana blog (blog walking) itu wajib hukumnya di daring agar blog kita lebih dikenal di kalangan para narablog dan mendapat kunjungan balik dari mereka, sehingga statistik blog kita jadi “tampak menarik.” (Banyak pengunjung/kunjungan tanda popularitas blog kan?)
Tapi popularitas di kalangan sesama narablog dan banyaknya kunjungan balik mereka, menurut saya, adalah tanda palsu daya tarik sebuah blog. Kenapa? Karena dasarnya adalah pertemanan dan basa-basi. Tidak sopan kan rasanya kalau seseorang sudah meluangkan waktu untuk berkunjung dan berkomentar di blog kita, lalu kita tidak berkunjung dan berkomentar balik?
Blog yang betul-betul menarik (baca: mendapat banyak kunjungan, diikuti banyak pembaca setia yang terus-menerus ingin kembali dan kembali lagi serta menantikan kehadiran ‘blog post’ berikutnya di blog itu), menurut saya, harus memiliki paling tidak tiga hal ini:
Isi yang bermanfaat dan unik
Salah satu alasan penting kenapa orang pergi ke dunia maya adalah untuk mencari informasi. Maka ketika sebuah blog mampu menawarkan informasi yang dicari, ia kemungkinan besar akan menjadi populer. Popularitas seperti ini didapat karena manfaat yang ditawarkannya.
Masalahnya adalah, dunia maya adalah gudangnya informasi. Segala macam informasi ada di sana. Barangkali hanya ada (sangat) sedikit jenis informasi yang tak dapat kita temukan di internet. Bagaimana informasi yang kita tawarkan itu menjadi lebih unggul dibandingkan informasi-informasi lain yang sejenis, sehingga informasi kitalah yang akan lebih dicari dan diminati orang?
Jawabannya, menurut saya, ada dua: otoritas dan ceruk (niche). Apakah kita sebagai penyedia informasi dapat diandalkan karena memiliki rekam jejak pengalaman atau kepakaran di bidang itu? Apakah ceruk informasi yang kita tawarkan itu sangat spesifik dan tidak dimiliki atau banyak ditawarkan oleh orang lain?
Ukuran ceruk ini sangat menentukan tingkat keunikan blog kita. Semakin sempit dan spesifik ceruk yang kita tawarkan, semakin unik dan  berharga isi blog kita, dan semakin dicari dan diminati.
Maka:
Kalau kita tidak (cukup) berkompeten di sesuatu bidang, sebaiknya kita tidak mengisi blog kita dengan tulisan di bidang itu. Apalagi, kalau tulisan itu hanya hasil potong tempel (cut and paste/copas) dari informasi-informasi yang sudah tersedia sebelumnya di ruang maya. Alih-alih, carilah ceruk yang sangat spesifik yang belum banyak digarap orang dan betul-betul kita kuasai, sehingga informasi yang kita tawarkan memiliki otoritas dan keunikan yang membuatnya langka dan berharga.
Tata saji yang baik dan khas
Cara penyajian ternyata juga menjadi daya tarik sebuah blog. Tampilan (tata ruang, jenis huruf, ilustrasi, rancangan dan warna), kemudahan bernavigasi (mencari isi yang diinginkan), dan gaya bahasa adalah bagian dari tata saji yang dapat mengundang dan mempertahankan pengunjung.
Soal tata saji yang baik tentu bisa dipelajari, dan soal tampilan – kalau kita punya selera yang baik – tentu pilihan kita juga akan memiliki estetika yang baik. Tapi lebih penting dari itu semua, menurut saya, adalah ciri khas. Tampilan blog kita harus memiliki ciri khas yang bisa langsung dibedakan dari blog-blog lain. Boleh jadi kita menggunakan template yang sama dari penyedia blog yang sama, namun cara kita mengisi, mengatur isi, dan memodifikasinya tentu bisa dibuat berbeda.
‘Suara’ sendiri
Di antara tiga unsur yang membuat isi blog menarik, inilah yang menurut saya paling penting: kenali ‘suara’ kita sendiri dan gunakan suara itu.
Soal ‘suara’ ini (kenapa saya gunakan tanda petik di sini) adalah soal ciri kepribadian yang membuat kita dikenali sebagai seorang individu yang berbeda dengan individu lain. Suara Anda (dalam arti harfiah) tentu berbeda dengan suara saya. Anda mungkin bisa menyanyi seperti Kris Dayanti (kalau Anda seorang perempuan), tapi itu tidak akan membuat Anda menjadi Kris Dayanti. Dan lebih parah lagi, Anda tidak menjadi diri Anda lagi ketika melakukan itu. Orang pun akan lebih tertarik untuk mendengarkan suara Kris Dayanti yang asli daripada suara Anda yang berpura-pura menirukannya.
Berbicaralah dan menulislah seperti diri Anda sendiri. Jangan meniru cara berbicara dan menulis orang lain, meskipun – barangkali – orang itu adalah tokoh yang Anda kagumi. Jadilah diri sendiri, karena dengan menjadi diri sendiri kepribadian Anda – dan segala yang unik tentangnya – akan muncul dan menjadi brand yang unik. Seperti suara Anda yang tak dapat dimiliki dan ditiru oleh orang lain, seperti itu pulalah cara bertutur Anda – khas, mencerminkan kepribadian dan identitas yang unik.
Soal ini, tentu kita ingat para narablog yang akhirnya punya nama menjulang. Dari tanah air, siapa yang tak kenal Raditya Dika, misalnya. Blogger konyol dan ngocol itu akhirnya bahkan bisa menerbitkan isi blognya menjadi buku yang best-seller dan menjadi pesohor (celebrity) gara-gara isi blognya yang unik.
Apa rahasianya?
Dia bertutur dengan bahasa dan gayanya sendiri, menjadi dirinya sendiri, dan menulis tentang hal-hal yang terjadi dengan dan di seputar dirinya sendiri. Dia tidak berpura-pura menjadi orang lain atau berbicara tentang hal-hal yang dia tidak punya otoritas tentangnya. Dia mempunyai keunggulan ceruk sekaligus suara sendiri yang membuatnya sukses.
Jadi,
daripada berpura-pura  alim, padahal pengetahuan agama kita masih jauh dari itu; atau berpura-pura menjadi motivator, padahal kita belum mempunyai rekam jejak yang cemerlang yang dapat menjadi panutan; atau berpura-pura menjadi ahli SEO atau ahli internet, padahal apa yang kita tulis mengenai hal itu  cuma hasil potong tempel dari dari berbagai sumber yang sudah ada sebelumnya, kenapa kita tidak menjadi diri sendiri? Menulis tentang kita sendiri dan hal-hal yang terjadi di sekitar kita dengan gaya bertutur kita sendiri?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar